Skip to content
Home » Tradisi Pangan Balak Masyarakat Lampung

Tradisi Pangan Balak Masyarakat Lampung

Tradisi Pangan Balak Masyarakat Lampung

Indonesia yang kaya akan adat tradisi. Berbagai pengaruh yang hadir dalam sutau daerah akan memberi warna pada tradisi kehidupan masyarakatnya. Begitu pula halnya dengan Lampung. Pengaruh islam, Hindu, Budha yang dibawa oleh para nelayan, pedagang ke wilayah pesisir Lampung membawa warna kehidupan baru. Begitu pula halnya dengan Tradisi Balak yaitu makan bersama atau biasa disebut pula dengan makan Jejama (bersama).

Tradisi Pangan Balak Masyarakat Lampung
Tradisi Pangan Balak Masyarakat Lampung

Tradisi Pangan Balak ini konon merupakan tradisi masyarakat Lampung Pesisir (Saibatin). biasanya digelar pada saat upacara adat Nayuh. Nayuh yaitu merupakan pesta adat suku Lampung Pesisir yang dilaksanakan saat pernikahan maupun sunatan. Biasanya nayuh dilaksanakan selama 3-5 hari dengan berbagai prosesi yang harus dilewati.   

Warna seprai yang digunakan tidak sembarangan. Biasanya menggunakan seprai warna putih, kuning dan ungu.  Warna putih hanya digunakan oleh para Saibatin (para pemangku adat) dan keturunannya. Sementara warna kuning digunakan untuk Pangikhan dan warna ungu untuk khadin. Setelah kain panjang itu dibentangkan biasanya para Butting Nabai (keluarga dari pihak ayah mempelai lelaki) bertugas mengurus segala keperluan dapur.

Sedangkan kepala Battu (pihak dari ibu mempelai pria) yang bertugas menata, menyusun dan menyiapkan segala keperluan konsumsi selama Nayuh berlangsung akan menyiapkan hidangan. Kondisi persiapan upacara adat ini kerap menjadikan kerjasama antar keluarga begitu terlihat hingga saling mempererat rasa kekeluargaan.

Apa saja yang disajikan?

Menu pada pangan Balak beraneka ragam, dari lauk pauk hingga makanan kue dan buah-buahan. Nasi, lauk pauk biasanya Ayam, Ikan mas atau mujair, daging yang biasanya yang digoreng, dibakar ataupun digulai. Berbagai olahan sayuran biasanya ditumis atau digulai taboh (gulai santan), gulai kambing kerap ada dalam adat Lampung pesisir karena sudah menjadi makanan khas, serta tak lupa lalapan biasanya ada dua macam lalap mentah dan lalapan rebus dilengkapi dengan sambal, biasanya adalah sambal terasi dengan rampai (tomat kecil), tak lupa buah-buahan jeruk ataupun pisang. Kue-kue khas seperti jipan, kekhakhas, otak-otak juga sering disajikan dalam  acara pangan Balak.

aneka makanan dalam pangan Balak
aneka makanan dalam pangan Balak

Biasanya para tamu yang hadir akan membawa makanan masing-masing, yang kemudian disusun pada talam atau istilahnya “Turun Talam” yaitu menyajikan makanan yang ditempatkan di atas talam atau nampan  yang disusun melingkar.  Hal ini mengandung makna saling menghargai serta membalas budi baik orang lain.

Usai makanan disiapkan maka dilakukan Ngehidang/Ngehantakh: yaitu menghidangkan semua makanan-makanan tersebut menggunakan piring-piring, mangkok, menyiapkan gelas, tempat minum, yang disusun rapi dengan cara Butanjakh yaitu dihidangkan dengan

hidangan dialasi dengan Bantaian/seprai (lembaran kain panjang) biasanya 1 hingga 10 meter lebih tergantung pada luas dan panjangnya rangkaian Pangan Balak diadakan. Orang-orang akan duduk baris berbanjar memanjang berhadapan hadapan menghadap ke hidangan. Seprai ini sebagai alas dibentangkan diatas tikar tempat duduk pada tamu.

aneka motif kain penutup makanan diatas talam
aneka motif kain penutup makanan di atas talam

Saat semua sudah tersaji biasanya akan berlangsung sambutan dan petuah dari ketua adat atau pihak wakil keluarga.  

Sebelum makan dimulai, makanan yang disajikan pada talam ditutup dengan dengan tudung saji dan dilapis lagi dengan kain-kain khas yang dekoratif, penuh dengan motif bunga serta batang dan daun, tenun tapis serta manik-manik yang sangat indah, tudung saji sebagai tutup ini biasanya beraneka warna, namun yang paling umum adalah warna merah, hijau, putih, hitam dan kuning

Tidak ada aturan khusus dalam memulai pangan Balak ini, ketika makanan sudah siap disajikan dan waktu makan sudah tiba, semua yang hadir langsung menyantap makanan yang ada. Jangan sungkan untuk mengambil makanan lagi apabila masih ingin makan. Intinya semua makan hingga kenyang dan bergembira dalam kebersamaan. Jangan sampai ada yang tidak turut makan.

Makan jejama menjadikan kerukunan dan keakraban terjalin dengan baik, karena dalam Pangan Balak ini memiliki filosofi yang sangat luhur budi, yaitu cerminan gotong royong, kebersamaan, rasa syukur pada Tuhan yang MahaEsa, terimakasih pada sesama manusia, kalau dalam ajaran islam yaitu HablumminAllah dan Hablumminannas. 

Nah Jika ada lauk-pauk maupun makanan yang tersisa biasanya akan dibawa pulang oleh para tamu, kerap disediakan pula kantong plastik untuk membawa pulang sisa makanan, makanan yang tidak habis ini bisa dibawa untuk keluarga di rumah hingga semua bisa ikut merasakan. Dan hal lain mempermudah para pekerja membersihkan piring dan talam tempat menyajikan makanan.

Tradisi Pangan Balak kini sering diselenggarakan tidak hanya dalam upacara adat, namun juga acara peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, ulang tahun kota Lampung, serta festival-festival yang diadakan di Lampung.  Sebuah kearifan lokal yang patut dibanggakan dan terus dilestarikan.

Kalau kamu berkunjung ke Lampung jangan lupa turut serta acara Pangan Balak ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *