Sehari di Kota Medan
Mulai dari mana menjelajah Kota Medan?
Stasiun Kereta api Medan termasuk dalam bangunan bersejarah, karena rel kereta api di staisun ini merupakan rel pertama yang di bangun di pulau Sumatera, yaitu tahun 1886 oleh Perusahaan Kereta Api Swasta Belanda yang dulu bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM), dahulu kala rel ini digunakan sebagai sarana angkutan tembakau ke pelabuhan. Sehingga pada tahun 1914 dibangunlah sebuah stasiun di tempat saat ini.
Arsitektur Stasiun Medan telah mengalami perombakan total dari bentuk aslinya. Hal yang tersisa dari kompleks bangunan stasiun lama adalah adanya Menara Jam di bagian muka stasiun yang masih berarsitektur Belanda, kemudian bagian atap peron yang menaungi jalur 2 dan 3, serta jembatan gantung di ujung sebelah Selatan stasiun. Cobalah sejenak berkeliling stasiun karena perjalanan di Kota Medan akan berawal dari sini.
Baiknya dengan berjalan kaki saja, karena setiap sudut menjanjikan sajian unik dari kota ini. Yuk kita mulai dari sisi kanan, di depan stasiun kita akan melihat sebuah lapangan besar, yaitu lapangan perjuangan rakyat Medan, dikenal sebagai lapangan merdeka, saat zaman penjajahan Belanda disebut Esplanade dan pada waktu pendudukan Jepang bernama Fukuraido. Lapangan merdeka sendiri sering digunakan berbagai kegiatan, dari olahraga, upacara kenegaraan hingga pentas musik.
Diseberang dari lapangan merdeka, dikenal dengan nama Merdeka Walk, yaitu Pusat Kuliner, biasanya mulai buka pukul 11.00 hingga tengah malam, aneka ragam jajanan khas Medan, hingga makanan sea food, jangan lupa mencoba kerang rebus khas Medan dengan sambal nenas dan kacangnya, di jamin tidak cukup satu porsi.
Rasakan sensasi duduk santai di area Merdeka Walk dengan jajaran pohon-pohon asam berukuran raksasa yang membuat teduh jalan dengan hiruk pikuk lalu lintas, hati-hatilah menyeberang jalan karena kendaraan sangat kencang melaju di daerah ini, dan lebih amannya gunakan jembatan penyeberangan di depan kantor Pos.
Titik Nol Kota Medan
Kalau di Pulau Sabang di Aceh, kita mengenal sebagai titik nol Indonesia, nah Balai Kota ini adalah sebagai titik nol Kota Medan, bangunan bernilai seni ini sangat unik bentuknya, sejak tahun 2006 sudah dilakukan renovasi dengan perluasan pembangunan gedung balaikota dibelakangnya. Namun bentuk asli dari balai kota lama masih tetap dipertahankan.
Berdiri di area ini begitu banyak bangunan bersejarah lainnya, ada kantor pos, perhatikan bagian atas bangunannya, tertulis anno 1911, bangunan yang sampai saat ini masih menjadi kantor PT. Pos Indonesia. Cobalah masuk ke dalamnya, terasa sejuk karena bangunan khas gaya eropa berplafon tinggi dan cantiknya kaca ukir warna warni masih tampak menghiasi jendela kantor pos, bentuk atap persegi lima dari sirap kayu berwarna coklat kehitaman.
Selanjutnya mari menyusuri daerah Kesawan, dahulu jalan ini dikenal sebagai daerah pecinan, banyak rumah-rumah kayu khas keturunan china berjajar, namun karena terjadi kebakaran hebat di tahun 1800an rumah-rumah kayu tersebut berganti menjadi ruko-ruko beton, hingga saat ini masih bisa kita saksikan keberadaannya, antara lain:
- Gedung Lonsum
Tampak mencolok mata, sebuah gedung putih berpilar menjulang dengan deretan sejumlah jendela lengkung di sudut jalan. Khas bangunan bergaya eropa. Dahulu gedung ini bernama Gedung Juliana, dibangun oleh David Harrison seorang pemilik perkebunan karet Harrison & Crossfield company (H&C) dan selesai dibangun saat kelahiran Ratu Juliana tahun 1909.
Bangunan sejarah ini masih dipertahankan keberadaannya dan masih pula berfungsi sebagai gedung London Sumatra, atau biasa disebut gedung Lonsum.
Berjalan menyusuri kawasan Kesawan ini mengingatkan saya akan suasana china town di Singapura ataupun suasana kota George Town di Penang. Terselip di antara bangunan ruko, menyusuri Jalan Ahmad Yani, konon inilah jalan tertua di Kota Medan, kita bisa menemukan sebuah pagar bergapura dengan pintu kayu atapnya melengkung bentuk bangunan khas tionghoa. Sejaran mengenalnya sebagai seoran saudagar keturunan China yaitu Tjong A fie.
- Rumah Tjong A Fie
Beliau adalah orang terkaya di Medan yang memiliki Bank Kesawan, membangun rel kereta api di China, menguasai seluruh perkebunan di Sumatera. Karena keluwesannya dalam menyelesaikan perselisihan dan masalah di perkebunan zaman itu, Tjong A Fie diangkat menjadi “Kapitan Tionghoa” oleh pemerintah Hindia Belanda. Peninggalan Tjong A Fie yang Bisa dinikmati sekarang adalah rumah kediamannya di daerah Kesawan yang dikenal juga dengan Jalan Ahmad Yani.
Saat ini Rumah Tjong A fie sudah di buka untuk umum, mulai pukul 09.00-17.00. Dengan Harga tiket masuk Rp 35.000, kita mendapatkan leaflet dan fasilitas guide yang menjelaskan sejarah tentang Tjong Afie, keluarga serta beberapa peninggalannya yang masih tersisa, antara lain tempat tidur, alat music, kursi tamu dan benda-benda rumah tangga, tertata dalam susunan aslinya.
Suasana rumah Tjong Af ie ini sangat mirip dengan salah satu heritage di Kota Penang yaitu Peranakan mansion di Lebuh Gereja, mulai dari bentuk rumah, ruangan tengah, kamar hingga bentuk tangganya, konon masih ada kaitan keluarga dengan Tjong A fie, karena Tjong A fie pernah menikah dengan nona Chew yang berasal dari Penang.
Belum selesai hingga di rumah Tjong A fie, karena kita juga bisa merasakan suasana jadoel dengan menikmati es krim di cafe Tip Top. Tahun 1929 restauran ini bernama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, dan berada di jalan Pandu, Medan. Setelah beberapa waktu, restauran ini pindah ke Kesawan pada tahun 1934 dan bernama Tip-Top (yang berarti “sempurna”).
Uniknya sajian menunya masih menggunakan istilah zaman dahulu, dan tungku masaknya juga masih digunakan dari tahun 1934 hingga sekarang. Rasakan aura ke jadoel-annya, anda akan merasakan bak noni Belanda yang duduk santai menikmati kota. Sajian es krimnya sangat terkenal, dan nikmati sebagai pelepas dahaga di Kota Medan yang cukup panas.
Perjalanan dari Café tip top, berbeloklah ke kiri, disanapun kita akan menyusuri bangunan-bangunan tua mirip seperti jalan Braga di Bandung, kita bisa menemukan juga pasar Hindu, yang menjual aneka jajanan pasar, ada es cendol, bakpau, pangsit, dan lanjutkan langkah menuju jembatan sungai Deli, setelah kantor Gubernur di kiri jalan ada berdiri sebuah patung laki-laki berdiri gagah memegang tongkat.
- Monumen Guru Patimpus
Siapakah tokoh ini? Dialah Guru Patimpus Pelawi, pendiri Kota Medan, beliau lahir di Karo dan menikah dengan seorang putri Raja Pulo Brayan dan mempunyai dua orang putera, kemudian hijrah dari Karo dan membuka kawasan hutan yang berada di antara sungai Deli dan Sungai Babura pada 1 Juli 1590, dan wilayah inilah yang saat ini dikenal dengan nama Kota Medan, dan tanggal tersebut dianggap sebagai hari jadi Kota Medan.
Monumen Guru Patimpus yang diresmikan pada tanggal 23 Maret 2005 ini menggambarkan sosok seorang Guru yang bertubuh kekar, tinggi, gagah, dan berjiwa patriotik bak seorang panglima yang memiliki keahlian dalam berbagai ilmu pengetahuan, ilmu obat-obatan, ilmu gaib, dan memiliki kesaktian, selan itu juga berjiwa penuh kemanusiaan lemah lembut dalam bertutur kata, mempunyai karakteristik yang simpatik, berwibawa, berjiwa besar dan pemberani. Inilah yang tergambar dalam sebuah monumen itu.
- Becak Medan
Jangan sampai terlewat, karena becak Medan sangat khas, kalau biasanya becak di kayuh, maka di Medan ini dikenal becak bermotor, yaitu menggunakan sepeda motor sebagai penggeraknya. Di sini dikenal dengan sebutan Becak Mesin. Sahabat pesona juga bisa mencoba naik becak ini berkeliling kota.