Skip to content
Home » Padang Selayang Pandang

Padang Selayang Pandang

Padang Selayang Pandang

Dari mana asal muasal nama PADANG? Berbagai pendapat mengatakan bahwa “Padang” dalam bahasa Minang berarti TERANG. Namun ada pula yang menginformasikan kata PADANG karena di daerah MUARO banyak dijumpai padang dalam arti “tanah lapang” sehingga muncullah kata Padang.

Tak memiliki banyak waktu di Padang? Jangan kuatir saya merekomendasikan tempat-tempat unik dan asik ini buat kamu kunjungi, karena ikon ini sangat erat kaitannya dengan asal usul berdirinya Kota Padang

Museum Adityawarman Padang

Padang Selayang Pandang - Museum Adityawarman Padang - raiyani
Museum Adityawarman Padang

Datanglah ke museum sebelum menjelajah suatu daerah, karena dari museum kita bisa mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya akan adat istiadat serta kehidupan, dari mulai alat memasak, rumah adat, alat tenun, senjata tajam, memancing ikan, baju tradisional, hingga beragam buku lawas yang menggambarkan sejarah perjuangan hingga kisah-kisah di balik sebuah benda.

Museum adalah bak buku bergambar, lebih mudah di fahami karena disertakan pula oleh objek dan petunjuk-petunjuk penting pendukung informasi. Museum ini diresmikan pada tanggal 16 Maret 1977, sedangkan pembangunannya sudah dimulai sejak tahun 1974. Hingga saat ini masih terawat baik, dan menjadi pusat referensi penting akan budaya Sumatra Barat. Jadi ayo ke Museum.

Tentang sebuah nama

Marah Roesli, seorang sastrawan kelahiran Padang 7 Agustus 1889. Sebuah kisah novel dahulu kala nama ini terukir hingga kini. Siti Nurbaya sosok wanita tangguh dan mandiri yang dipaksa oleh orang tuanya untuk menikah dengan pria kaya yang tak dicintainya yaitu Datuk Maringgi. Dengan berat hati dan kisah pilu meninggalkan Samsul Bahri sang kekasih pujaan hati.

Sebuah buku bertajuk “Kasih Tak Sampai” yang diterbitkan pertama kali pada 1922 oleh penerbit Balai Pustaka. Kisah itu hingga kini sangat melekat di kalangan masyarakat, sebuah simbol ketaatan seorang anak perempuan pada orang tua berpadu kisah romantis sepasang manusia di Sumatra Barat.

Begitu terkenalnya sosok Siti Nurbaya ini hingga sebuah jembatan beton membelah sungai Arau sepanjang 600m ini diberi nama dengan Jembatan Siti Nurbaya. jembatan yang menghubungkan kawasan Kota Tua Padang di Berok Nipah dengan kaki Gunuang Padang di seberangnya, dan secara keseluruhan kerap disebut juga sebagai daerah Muaro.

Kota Tua Kota Legenda

Dahulu kala Pelabuhan Muaro adalah pelabuhan yang sibuk, banyak pedagang asal Aceh, Arab, Gujarat (India), Tiongkok, Portugis, Spanyol, Perancis, Inggris, hingga Belanda melabuhkan kapalnya disini. Hingga pelabuhan Muaro menjadi saksi sejarah tersendiri bagi perkembangan Kota Padang yang pernah menjadi pusat perdagangan, pertahanan militer hingga kota metropolitan yang sangat berpengaruh dan penting di pulau Sumatra.

Sebelum menyeberang jembatan Siti Nurbaya, ada baiknya kita menyaksikan beberapa bangunan tua di sepanjang jalan, terkesan sekali ke-tua-annya, sisa kemegahan peninggalan zaman Belanda, lusuh, usang, terlihat ringkih, walau masih tampak keanggunan sisa kejayaan masa lalu.

Termakan waktu oleh cuaca, hempasan angin, udara panas, dan guyuran hujan, dinding tampak mengelupas, lumut menempel erat di sisi dinding, lapisan luar tembok menguak hingga memamerkan ototnya yang merah.

Puluhan Bangunan Tua berada di jalan Batang Arau yang berada di sepanjang kiri sungai Batang Arau yang melegenda ini. Antara lain ada Gedung Kantor Detasemen TNI AD, Gedung Eks PT. Surya Sakti, Gedung Museum Bank Indonesia, dulu gedung ini bernama De Javasche Bank, Gedung Geo Wehry and Co, Gedung Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij (NIEM), Gedung Padangsche Spaarbank. Gedung-gedung ini semua memiliki sejarahnya sendiri.

Beberapa bangunan abad ke-19 dibangun tahun 1893-1897 adalah Kelenteng See Hien Kiong. Sayangnya, akibat gempa 30 September 2009 kelenteng ini mengalami banyak kerusakan sehingga tidak lagi digunakan untuk tempat ibadah, rencana ke depan akan dijadikan museum Tionghoa Padang. Sebagai gantinya, tahun 2010 dibangun kelenteng baru di lokasi berbeda dekat kelenteng lama.

Saat ini, Kota Padang telah bergabung ke dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia. berdasarkan SK Walikota Padang Nomor 03 Tahun 1998. Setidaknya kota Padang memiliki lebih dari 70 bangunan Cagar Budaya yang tersebar di empat kecamatan yaitu Padang Barat, Padang Timur, Padang Selatan dan Lubuk Begalung.

Cek juga : Galeri Foto Sumatra Barat

Jembatan Siti Nurbaya

Kapan waktu yang tepat datang ke sini?, jawabannya ? KAPAN SAJA. karena ini istimewa, selalu memberi nuansa berbeda. Mulai subuh saat matahari terbit, hingga matahari tenggelam memberi kesan tersendiri. Namun lebih banyak pengunjung mendatangi jembatan ini saat sore hari.

Karena saat sore para penjaja makanan ringan ramai berjajar menjajakan makanan, berupa jagung, kue, kopi hangat ataupun teh, dilengkapi dengan kursi plastik berderet dan meja kecil, terkadang puluhan sepeda motorpun berjajar di tepinya saat kursi mulai penuh.

Sekedar ngobrol dengan teman ataupun memandang saja saat-saat matahari terbenam sudah asik kok. Ditambah lagi saya bisa menyaksikan dari atas jembatan ini kapal layar keluar masuk di sungai Arau. Ini adalah denyut nadi Pelabuhan Muaro, detak jantung kehidupan masyarakat pesisir,, dimana air sungai Batang Arau mengalir pasti ke Samudera Hindia.

Tak ada gunung di Padang

Untuk menuju Gunung Padang sangat mudah, setelah menyeberangi Jembatan Siti Nurbaya, ikuti arah jalan ke kiri yang nantinya berujung di pintu gerbang kawasan wisata Gunuang Padang. Ya tidak ada Gunung di Padang, yang ada Gunuang Padang, sebutan Gunung disebut dengan dialek minang berbunyi “Gunuang” karena sejak kita melangkahkan jalan setapak menuju bukit di kawasan Muaro ini jelas tertulis “Gunuang Padang”di gapura yang atapnya berbentuk bagonjong.

Gerbang masuk objek wisata Gunuang Padang - raiyani
Gerbang masuk objek wisata Gunuang Padang

Akses menuju puncak Gunuang Padang hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki menapaki ratusan anak tangga yang berliku. Lima menit menaiki anak tangga, saya melihat meriam tua peninggalan tentara Jepang disebelah kiri jalan. Dahulu meriam ini digunakan sebagai benteng pertahanan untuk menghalau musuh yang hendak masuk ke tepian Muara Pantai Padang. Ukurannya lebih dari dua kali tinggi badan saya.

Kisah Gunuang Padang ada dalam Novel “Kasih Tak Sampai” konon di bukit tepi pantai inilah dahulu Siti Nurbaya pertama kali bertemu dengan kekasihnya Samsul Bahri, dan pada akhirnya dibukit ini juga mereka dimakamkan.

Apabila ditelusuri memang ada sebuah Gua saat kita melintasi anak tangga, berbelok kekiri dibalik sebuah batu besar kita menemukan sebuah makam. Berita simpang siur dikabarkan adalah makam Siti Nurbaya, namun kebenarannya belum bisa dibuktikan dan tidak ada sumbernya yang pasti.

Semaraknya gedung-gedung yang menjulang di tengah Kota Padang, dan jajaran kapal nelayan berlabuh di pantainya. pemandangan Kota Padang jelas terlihat dari sini. Beranjak kearah Barat, saya bisa memandang teluk bayur dan pantai Air Manis.

Batu Malin Kundang

Berada di pantai Air Manis. Legenda ini menceritakan pemuda yang meninggalkan seorang ibu tercinta serta tanah kelahirannya, merantau mencari pengalaman, rezeki dan jalan hidup. Hingga akhirnya sukses dan kaya raya, harta berlimpah, istri cantik dan kehidupan serba ada, namun menyia-nyiakan seorang ibu yang melahirkannya hingga murka dan sakit hati seorang ibu menyebabkan Malin Kundang terkutuk menjadi batu.

Ornamen Batu Malin kundang di pantai air manis Padang - raiyani
Ornamen Batu Malin kundang di pantai air manis Padang

Di Pantai Air Manis kita bisa menemukan “Batu Malin Kundang” yang berupa relief, batu yang menggambarkan pecahan kapal dan seseorang manusia yaitu si Malin Kundang tertelungkup di dekat kapalnya yang sudah porak poranda.

Cek juga : Wonderful Indonesia

Sitinjau Lauik

Sitinjau Lauik adalah daerah dataran tinggi di Padang. Terletak pada ketinggian 1000 mdpl, menjadikannya salah satu titik point terbaik melihat kota Padang dari tempat tinggi, seperti area puncak di Bogor atau daerah Dago di Bandung.

Udara sejuk karena sudah termasuk dalam kawasan Taman hutan Raya Bung Hatta, jalan berkelok, kelok dengan tebing dan hutan yang hijau kita akan tiba diperhentian dengan patokan sebuah gajebo beratap bagonjong, disediakan untuk para pengunjung menikmati pemandangan yang luas serta hijau, sambil memandang nun jauh disana, Samudera Hindia.

Jika teman-teman merasa artikel Padang Selayang Pandang ini bermanfaat, silahkan share ke teman-teman lainnya ya. Hppy Blogging.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *