Skip to content
Home » Bening dan Seraung Desa Setulang

Bening dan Seraung Desa Setulang

Seraung Desa Setulang | Kalimantan sangat identik dengan hiasan manik manik, ini adalah bentuk karya seni yang berkembang baik di Kalimantan sejak zaman dahulu, terutama di kawasan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Lamin adat setulang
Lamin adat setulang

Kemarin saya berfikir akan sulit sekali menemukan manik-manik ini yang masih di gunakan dalam kehidupan sehari-hari, namun di desa Setulang, Kabupaten Malinau Kalimantan Utara, kita dapat menemukan seni manik-manik ini digunakan sebagai penghias topi dan gendongan anak. Hiasan-hiasan lain yang juga sering ditemukan adalah kepeng perang dan taring babi, dipercaya ini adaah sebagai penolak bala dan juga lambang keberanian dan kejantanan.

Desa setulang bisa di tempuh 30 menit dengan kendaraan roda dua dari kabupaten Malinau dengan jalanan setengah beraspal. Saya sangat terpukau mengamati satu persatu ukiran-ukiran pada dinding rumah lamin serta pahatan patung kayu sebagai tiang penyangganya.

Sesaat melintas seorang ibu dengan berkendaraan roda dua, menggendong anaknya di belakang dengan menggunakan “Bening”, seorang anak mungil nan cantik berkulit putih melongok dari balik gendongan kayu. Saya tertuju pada gendongan cantik si anak, “Unik dan Indah” itulah kesan pertama yang saya lihat.

Seraung dan Bening
Seraung dan Bening

Tak seperti laiknya gendongan bayi dari kain yang kerap di lihat. Bening adalah keranjang yang terbuat dari bulatan kayu yang dibelah dan bagian bawahnya diberi tempat dudukan dan digunakan untuk menggendong anak balita berukuran sekitar 30 cm.

Pada kedua sisi diberi tali yang digunakan untuk menyangkutkan gendongan pada bahu. Agar bening tampak indah, bening dihias dengan manik manik dengan motif binatang, pohon atau daun, semua lambang ini memiliki makna dalam adat, si ibu nan cantik juga terlihat tersenyum dari balik seraungnya.

Seraung adalah Topi berbentuk lebar yang biasa digunakan untuk bekerja di ladang atau untuk menahan sinar matahari dan hujan. Seraung dibuat dari daun pandan yang telah dikeringkan. Sembari menyapa ramah pada si kecil, saya berbincang sejenak dengan si ibu, ini adalah pemandangan yang sangat jarang ditemukan di perkotaan, namun di desa setulang ini masih bisa kita temui Mahakarya budaya nan indah.

Seraung dalam kehidupan sehari-hari desa Setulang
Seraung dalam kehidupan sehari-hari desa Setulang

Saya amati satu persatu rumah di sekitar, masing-masing rumah tergantung seraung. Beberapa rumah masih ditemui ibu-ibu duduk di teras santai menghias seraungnya. Dari Bening dan Seraung kita dapat menyaksikan bahwa modernitas tidak menelan budaya.

Teknologi berkendaraan, televisi dan telpon genggam sudah bukan menjadi barang langka di desa ini, Namun adat dan budaya masih tetap dijaga. Semoga tetap lestari sebagai bening dan seraung Indonesia sebagai wujud nyata pelestarian budaya. Saat ini sudah banyak seraung-seraung ukuran kecil sebagai benda buah tangan dari Kalimantan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *