Skip to content
Home » Terkenang di Bukit Tekenang

Terkenang di Bukit Tekenang

Bukit Tekenang | Tujuh Belas Hari berkeliling Kalimantan Barat, Danau Sentarum menjadi tujuan berikutnya, Perjalanan darat pukul 11 siang dengan jalan penuh debu dalam bis kecil umum penuh sayuran perlahan beranjak dari Putussibau menuju Lanjak.

Kami nikmati sebagai bentuk catatan perjalanan berarti. Celana hitam kini tampak keabuan, oleh karena debu tebal masuk ke bis yang sarat muatan ini begitu liar berterbangan, sehingga sekali tepuk pada celana panjang ini, bagai mengibaskan bulu halus berterbangan entah kemana.

Empat jam terbanting kanan dan kiri, sepertinya bis ini sudah habis suspensinya, kursi busa ini bak papan kaku nan keras, iringan house music menambah meriah perjalanan kami, pasrah dalam setiap guncangan. Lanjak ..lanjak ..lanjak sang kondektur berteriak pada sebuah persimpangan, kamipun bergegas turun dan mengambil tas ransel kami yang diletakkan di atas bis … upsss semua sudah penuh debu.

Kami menuju rumah bu RT, cukup jauh kami berjalan, 500 m kemudian sudah berada di depan rumah bu RT. Wanita berusia 40 an tahun tampak putih cantik berambut hitam lurus, menyapa kami dengan ramah, duduk sejenak di warung rumahnya. “Kami mau ke Danau Sentarum esok” bu Mala pun mengenalkan kami pada petugas Kehutanan Danau Sentarum. Akhirnya sepakat dengan harga 2 juta sewa boat selama dua hari pergi dan kembali dari Danau Sentarum.

Tak sabar rasanya menunggu keesokan hari dan kami menghabiskan waktu sore mengujungi kantor Taman Nasional Danau Sentarum, mengisi buku tamu dan melihat aneka foto dan informasi lengkap tentang Taman Nasional ini, siapapun bisa berkunjung, terbuka buat masyarakat umum. Sisa waktu kami habiskan bermain di sekitar dermaga, sambil menikmati lembayung senja danau Sentarum.

danau sentarum dari bukit tekenang - raiyani
Danau Sentarum dari Bukit Tekenang

Wrung wruuunnggg….. boat yang kami sewa sudah bertengger di dermaga pagi harinya. Seluruh backpack sudah rapi tersusun di depan speed boat. Speed boat berwarna hijau ini pas sekali diisi 4 orang, 2 di bagian depan dan 2 di belakang. Melaju kencang 60 km perjam. Untungnya air Danau sedang tinggi, karena tidak sepanjang tahun Danau Sentarum terisi air.

Pada saat musim hujan, kedalaman air danau tersebut dapat mencapai 6-8 meter Tetapi, pada saat musim kemarau, dimana tinggi air di Sungai Kapuas berangsur-angsur turun, air dari Danau Sentarum akan mengalir ke Sungai Kapuas sehingga debit air di sungai tersebut relatif stabil.

Akhirnya pada saat puncak musim kemarau, keadaan Danau Sentarum dan daerah sekitarnya akan menjadi hamparan tanah yang luas. Ikan-ikan yang tadinya berada di danau, akan terlihat di kolam-kolam kecil, hingga bisa dilewati kendaraan bermotor.

Terkenang di Bukit Tekenang - danau sentarum raiyani DSC_4148
Bukit Tekenang

Danau Sentarum yang memiliki luas 132.000 ha ini menjadi kawasan Wetland (lahan basah) Indonesia terbesar, dengan anekaragam koleksi hayati tanaman dan burung-burung Sejak Tahun 1999 Danau Sentarum di nyatakan sebagai kawasan Taman Nasional.

Pertama yang membuat unik adalah air Danau Sentarum tampak hitam kemerahan, hal ini disebabkan karena airnya mengandung tannin yang berasal dari hutan gambut di sekitarnya. Boat melaju dengan kencang, sambil menikmati pemandangan danau serta angin segar kami berhenti sejenak di sebuah perkampungan.

Di desa Kedungkang masih ada rumah betang yang dihuni hampir oleh 5- 10 kepala keluarga, terdiri dari beberapa suku Dayak, yaitu Dayak Iban, Sebaruk, Sontas, Kenyah dan Punan. yang bermata pencaharian nelayan dan bertani, sambil pengisi waktu luang para ibu juga menganyam tikar.

Kami disambut ramah dalam perbincangan hangat, dari rumah betang Kedungkang, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah pulau kecil disebut pulau Melayu, bertemu pak Kades Hariyanto, disambut ramah dengan suguhan kopi hangat.

ikan asap danau sentarum - raiyani
ikan asap Danau Sentarum

Menjelang sore akhirnya kami meninggalkan pulau melayu dan melaju lagi dengan speed boat hijau. 30 menit kemudian sudah tampak sebuah bukit di depan mata ,… inilah “Bukit Tekenang“. Nanti dari Bukit ini kita bisa menyaksikan keindahan Danau Sentarum.

Gerbang bertuliskan “Selamat datang di Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum” menyambut kehadiran kami. Jembatan Kayu ulin terjajar rapi menuju Vila Tekenang. Sebuah kantor dan tempat tinggal para petugas Taman nasional.

Ada 3 kamar yang disediakan bagi para tamu, ada pula dapur, ruang bersama lengkap dengan TV besar dan projector. Sebuah tempat tinggal yang asri dan nyaman. Bunyi jangkrik dan aneka binatang malam mulai menunjukkan kebisaannya. Selamat Malam dari Bukit Tekenang.

Pagi hari kami lanjutkan berkeliling sekitar danau, melihat aneka tanaman, kehidupan penduduk yang sibuk mengasap ikan toman. Bermain perahu di air merah hitam, sebuah memori tak terlupakan. Sebelum kembali ke Vila Tekenang, saya sempatkan membeli ikan toman (mirip ikan gabus) ukuran besar beratnya hampir 2 kg, sebagai santapan makan siang kami. Dan dengan kemurahan hati penduduk, ikan itupun di bakar dan di goreng, hingga makan siang kami ditemani dengan lezatnya Ikan Toman langsung dari Danau Sentarum

Saat terbaik menikmati Danau Sentarum adalah sore hari, karena sinar berada di belakang gardu pandang. Tak jauh…. hanya lima belas menit trekking di Bukit Tekenang mengapa diberi nama “Bukit Tekenang??” karena konon para petugas di Danau Sentarum yang bertempat tinggal di bukit ini begitu sepi jauh dari keramaian bahkan terisolasi dari pemukiman penduduk, sehingga kerap membuat para petugas terkenang selalu dengan sanak keluarganya di seberang sana, bahkan ada yang tinggal di pulau Jawa dan Sumatra. Namun karena mengemban Tugas mereka ikhlas berpisah dengan keluarga.

Jangan lupa membawa bekal minuman dan makanan ringan secukupnya, karena walau hanya lima belas menit mendaki sudah cukup membuat kita berpeluh. Yang terpenting jangan lupa pula menikmati pemandangan tiap langkah.

Danau ini begitu indah disaksikan dari ketinggian. Jajaran tanaman membentuk pulau-pulau kecil, hijau di tengah danau yang tampak membiru oleh refleksi langit yang biru, sebuah perahu melintas diantaranya, kepulan asap dari dapur penduduk, perlahan mentari mulai enggan bersinar, dan beranjak ke peraduannya. Sentarum keindahan alam nan lestari yang akan selalu dikenang.

Lahan Basah - raiyani
Lahan Basah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *